DALIL EVAN'S DAN DALIL KOCH
Dalil Evans
Dikembangkan sebagai konsep penyebab yang menyatu yang digunakan secara umum hingga saat ini untuk mengetahui hubungan sebab akibat dalam bidang epidemiologi. Dalil ini menyatakan penyebab penyakit berdasarkan kriteria berikut:
· Proporsi hewan yang terserang penyakit harus lebih besar pada kelompok yang terpapar dengan penyebab yang diduga dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar.
· Keterpaparan dengan penyebab diduga harus terlihat lebih umum pada kelompok yang dianggap sebagai kasus dengan kelompok yang tidak sakit.
· Jumlah kasus baru harus lebih tinggi pada kelompok yang terpapar dengan penyebab yang diduga dibandingkan dengan kelompokyang tidak terpapar, sebagaimana diamati pada kajian prostektif.
· Secara temporal, penyakit harus mengikuti keterpaparan dengan penyebab yang diduga.
· Dapat diukur spektrum biologis terhadap respon inang.
· Respon inang harus dapat diulang mengikuti keterpaparan dengan penyebab yang diduga.
· Penyakit yang muncul dapat segera dihasilkan secara eksperimen.
· Pencegahan atau modifikasi respon inang harus dapat menurunkan atau menghilangkan keberadaan penyakit.
· Penghilang penyebab yang diduga harus dapat menurunkan insiden penyakit.
· Hubungan antara penyebab yang diduga dengan penyakit yang muncul harus dapat dijelaskan secara biologis dan epidemiologi
Hubungan agen dan hospes ini lebih dilihat sebagai hubungan sebab akibat faktor tunggal. Pemahaman tersebut tidak dapat digunakan dalam menganalisis kejadian penyakit dalam suatu populasi (epidemiologi). Kesehatan populasi ternak pasti akan melibatkan tiga hal yaitu hospes/inang, agen penyakit, dan lingkungan dan pada kasus epidmiologi maka, semua hubungan dan keterkaitan tersebut harus dapat dibuktikan secara biologis dan epidemiologis. Pendekatan tersebut diformulasikan dalil - dalilnya secara rinci yang dikenal sebagai postulat Evans. Faktor yang mempengaruhi kesehatan populasi diklasifikasikan menjadi 3 hal yaitu faktor primer dan sekunder (Agen), faktor intrinsik (dalam tubuh hopes) dan ekstrinsik (di luar tubuh hospes), dan interaksi antara hospes , agen dan lingkungan (Gambar 1).
Gambar 1. Segitiga interaksi faktor kesehatan populasi
Penyakit adalah hasil dari interaksi kompleks (ketidak seimbangan) antara tiga faktor, yaitu agen, host (induk semang) dan lingkungan (Gambar 1). Komponen-komponen dari interaksi ini berbeda-beda tergantung pada kondisi spesifik dari masing-masing kelompok hewan. Pada hewan ternak, ketiga faktor ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor peternakan dan manajemennya, yang seringkali justru memegang peranan yang paling penting. Pada penyakit yang ditularkan oleh vektor, peranan vektor tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang berbagai komponen dari ketiga faktor di atas penting, karena dapat dipakai sebagai sarana untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit melalui pengendalian pada titik-titik tertentu dalam siklus penularannya. Kesalahan yang paling sering dilakukan orang adalah memusatkan perhatian hanya pada salah satu dari ketiga faktor tersebut pada waktu mengendalikan atau mencegah penyakit.
Komponen-komponen dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut:
Agen
• Dosis
• Kondisi lingkungan
• Virulensi (mikroba)
• Infektifitas(mikroba)
• Toksisitas (toksin)
Host
• Resistensi alamiah (misalnya, barier mukosa lambung, mekanisme
transport mukosilier)
• Penularan sebelumnya
• Status kekebalan pasif (neonatal)
• Status vaksinasi dan respon
• Umur
• Jenis kelamin
• Tingkah laku (misalnya, kebiasaan saling membersihan diri, dominasi, pica)
• Status produksi (misalnya, laktasi vs non-laktasi)
• Status reproduksi (misalnya, bunting vs tidak bunting, steril vs fertil)
• Genetik
Faktor host ini dapat dibedakan antara yang bersifat intrinsik (tidak dapat diubah dalam diri individu hewan) dan ekstrinsik (dapat diubah dalam diri individu hewan).
Faktor intrinsik. Sebagai faktor intrinsik, umur memegang peranan yang sangat penting karena banyak penyakit berubah resikonya akibat berubahnya kondisi fisiologis hewan dengan bertambahnya umur hewan tersebut. Misalnya, hewan yang baru lahir sangat peka terhadap berbagai infeksi saluran pencernaan dan pernafasan, tetapi resisitensinya akan meningkat apabila hewan makin dewasa. Sebaliknya pada waktu fungsi kekebalan tubuh menurun dengan bertambahnya umur, kepekaan hewan terhadap penyakit akan meningkat. Akibat perbedaan faktor genetik dari tiap ras hewan, terdapat perbedaan resiko terhadap penyakit. Demikian pula, beberapa ras hewan tertentu lebih peka terhadap penyakit infeksi akibat adanya kelainan genetik.
Faktor ekstrinsik. Faktor ekstrinsik ini juga berperanan cukup besar terhadap kemungkinan terjadinya penyakit. Misalnya, anjing yang tidak diovariohisterektomi, akan beresiko lebih tinggi dari pada yang mengalami operasi ovariohisterektomi terhadap pyometra dan tumor mammae. Anjing tersebut cenderung lebih suka berkeliaran mencari pasangannya dan beresiko lebih tinggi terhadap penyakit infeksi yang menular (misalnya, canine distemper) dan tertabrak mobil. Vaksinasi dapat meningkatkan resistensi individu terhadap penyakit, tetapi proteksinya tidak berlaku absolut untuk semua vaksin.
Lingkungan
• Kepadatan kelompok hewan
• Perpindahan hewan dalam kelompok
• Kandang (misalnya, ventilasi, sanitasi)
• Keadaan lingkungan (misal, suhu, kelembaban, kecepatan angin, presipitasi)
• Nutrisi (protein, energi dan kecukupan makromineral maupun mikromineral)
Banyak agen infeksius yang peka terhadap sinar ultraviolet matahari dan kekeringan, sebaliknya mereka lebih tahan hidup dalam jangka lama dalam lingkungan yang lembab. Intervensi oleh manusia seringkali berpengaruh besar terhadap perubahan faktor lingkungan ini.
Contohnya:
• Peningkatan kepadatan hewan dalam suatu kelompok akan
meningkatkan jumlah mikroba yang ada dalam lingkungan tersebut
• Pemasangan atap akan mencegah paparan sinar ultra violet yang dapat mematikannya
• Kurangnya ventilasi akan meningkatkan kelembaban yang mempengaruhi efisiensi pernafasan hewan, meningkatkan daya tahan hidup
mikrooganisme, meningkatkan jumlah mikroorganisme dan bahkan pada gilirannya akan menulari lebih banyak hewan.
2. Dalil Koch. Kesehatan hewan tidak akan terlepas dari upaya mendukung tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologisnya, Kejadian penyakit selalu dihubungkan dengan agen penyebab (misalnya: bakteri, virus) yang menimbulkan ketidak seimbangan dalam tubuh hewan. Postulat Koch menjelaskan bahwa pada kejadian penyakit harus dapat diperoleh agen penyebab spesifik dan bila agen tersebut diinfeksikan ke tubuh hewan sehat akan menimbulkan gejala dan lesi yang sama dan sekaligus agen tersebut akan dapat ditemukan kembali (uji biologis). Hubungan agen dan hospes ini lebih dilihat sebagai hubungan sebab akibat faktor tunggal. 4 dalil Postulat Koch menjelaskan bahwa pada kejadian penyakit harus dapat diperoleh :
1. Mikroorganisme harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
2. Mikroorganisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni (diluar tubuh)
3. Suntikkan mikroorganisme tersebut ke tubuh hewan yang sehat dan ciptakan kembali penyakit tersebut (menimbulkan gejala dan dan lesi yang sama dan sekaligus agen tersebut akan dapat ditemukan kembali (uji biologis).
4. Ambilah mikroorganisme dari hewan yang dibuat sakit itu dan ulangilah kembali seluruh proses tersebut ( diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut).
Dengan ke-4 dalil itu Koch berhasil menemukan basil Anthrax, spora basil Anthrax, dan siklus kehidupan penyakit Anthrax. Pasteur, mikrobiologi Prancis, menemukan vaksin Anthrax. Dengan demikian kedua orang itu dapat menyelamatkan ratusan ribu ternak.