Minggu, 22 Agustus 2010

ACTINOMYCOSIS

1. Identifikasi - Peyakit bakteri kronis, paling sering ditemukan di rahang, thoraks dan
rongga perut. Lesi jelas terlihat berupa jaringan indurasi bernanah dan fibrotik, menyebar
secara perlahan pada jaringan sekitarnya; bisa terjadi sinusitis yang mengeluarkan
discharge dan menembus ke permukaan. Didalam jaringan yang terinfeksi, organisme
tumbuh bergerombol, disebut sebagai “granula sulfur”.
Diagnosa dibuat dengan ditemukannya, basil berbentuk langsing gram positif dengan atau
tanpa cabang yang tidak membentuk spora, atau ditemukannya “granula sulfur” pada
jaringan atau luka infeksi, atau dengan cara mengisolasi mikroorganisme dari sampel yang
tidak terkontaminasi dengan flora normal selama pengambilan.
Diagnosa klinis dan kultur bisa membedakan antara actinomycosis dan actinomycetoma,
dua penyakit yang sama sekali berbeda.

2. Penyebab penyakit.
Actinomyces israelii adalah mikroorganisme patogen bagi manusia; A. naeslundii, A.
meyeri, A. odontolyticus dan Propionibacterium propionicus (Arachnia propionica atau
Actinomyces propionicus) juga telah dilaporkan menyebabkan actinomycosis pada
manusia. A. viscosus jarang dilaporkan menyebabkan actinomycosis pada manusia tetapi
dapat menyebabkan penyakit periodontal. Semua spesies adalah gram positif, tidak tahan
asam bersifat, anaerob sampai dengan mikroaerofilik merupakan flora normal pada
manusia.

3. Distribusi penyakit.
Infeksi pada manusia jarang terjadi, muncul sporadis di seluruh dunia. Semua ras, jenis
kelamin dan kelompok umur bisa terserang penyakit ini, tersering menyerang kelompok
umur 15 hingga 35 tahun; rasio laki-laki dan perempuan kira kira 2:1. Penyakit yang
menyerang ternak, kuda dan binatang lainnya disebabkan oleh spesies lain dari
Actinomyces.

4. Reservoir.
Manusia merupakan reservoir alami dari A. israelii dan agen lain. Pada rongga mulut
normal, organisme hidup sebagai mahluk saprofit pada lapisan plak gigi dan kripte tonsil,
tanpa penetrasi yang jelas atau tanpa perubahan dari jaringan sekitarnya. Survei yang
dilakukan di AS, Swedia dan di beberapa negara lain secara mikroskopis, ditemukan
adanya A. israelii pada 40% dari granula kripte tonsil yang diambil, dan dengan kultur
anaerob, A. israelii ditemukan pada 30 – 48% dari spesimen ludah atau sampel dari karies
gigi.

A. israelii ditemukan di sekret vagina dari kira-kira 10 % wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi spiral. Tidak ditemukan adanya reservoir diluar manusia seperti pada sedotan
minuman atau tanah.

5. Cara penularan.
Diasumsikan terjadinya penularan melalui kontak dari orang ke orang dan merupakan
bagian dari flora mulut yang normal. Dari rongga mulut organisme ini masuk ke paru-paru
atau masuk ke tenggorokan melalui luka, dengan pencabutan gigi atau abrasi dari lapisan mukosa. Penyakit pada saluran pencernaan dan rongga perut penularan biasanya berasal
dari usus buntu. Sumber penyakit bersifat endogen.

6. Masa inkubasi.
Tidak pasti, mungkin beberapa tahun sesudah kolonisasi pada jaringan rongga mulut, dan
berhari-hari hingga berminggu-minggu sesudah terjadi luka dan penetrasi jaringan.

7. Masa penularan.
Waktu dan cara bagaimana spesies Actinomyces dan Arachnia menjadi bagian dari flora
normal rongga mulut tidak diketahui; kecuali karena gigitan manusia yang jarang terjadi,
infeksi tidak berhubungan dengan pajanan spesifik dengan orang yang terinfeksi.

8. Kerentanan dan kekebalan.
Kerentanan alami biasanya rendah. Imunitas yang terjadi sesudah terkena infeksi belum
pernah dilaporan.

9. Cara pemberantasan.
A. Tindakan pencegahan.
Tidak ada, kecuali dengan menjaga kesehatan dan kebersihan mulut dengan baik,
menghilangkan plak gigi akan mengurangi risiko infeksi mulut.

B. Pengawasan dari penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan resmi biasanya tidak dilakukan.
Kelas 5 ( lihat tentang pelaporan penyakit menular)

2). Isolasi : tidak dilakukan.

3). Disinfeksi serentak : tidak dilakukan.

4). Karantina : tidak dilakukan.

5). Imunisasi kontak : tidak dilakukan.

6). Investigasi dari kontak dan sumber infeksi : tidak perlu.

7). Pengobatan spesifik : tidak terjadi penyembuhan spontan. Pemberian penisilin
jangka panjang dengan dosis tinggi biasanya efektif; tetrasiklin, eritromisin,
klindamisin dan sefalosporin adalah pengobatan alternatif yang lain. Drainase
abses dengan tindakan bedah kadang diperlukan.

C. Penanggulangan wabah :
Tidak dilakukan, merupakan penyakit yang sporadis.

D. Implikasi bencana : tidak ada.

E. Tindakan Internasional : tidak ada  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar