Selasa, 24 Agustus 2010

blue tongue

Nama lain: Ovine Catarrhal Fever (OCF), Penyakit Lidah Biru, atau di Indonesia dikenal sebagai BT.

Merupakan penyakit menular pada domba ditandai dengan stomatitis kataral, rhinitis, enteritis, pincang karena peradangan sarung kuku, abortus, kerdil dan hyperplasia limforetikuler. Bluetongue kadang-kadang juga menyerang kambing dan sapi dengan gejala tidak kentara, tetapi penyakit ini dapat serius pada beberapa spesies hewan liar khususnya rusa ekor putih (Odocoileus virginianus) di Amerika Utara.
Penyakit ini sangat penting artinya pada domba, dengan tingkat keganasan yang beragam dari subklinis sampai serius tergantung kepada galur virus, bangsa domba, dan ekologi setempat. Kerugian timbul akibat kematian dan buruknya kondisi domba yang bertahan hidup.
Etiologi
Bluetongue disebabkan oleh Orbivirus dari famili Reoviridae. Virus ini memiliki antigenik atau sifat biokimia yang sama dengan penyakit Epizootic Haemorrhagic pada rusa dan Ibaraki pada sapi.
Di dunia terdapat 24 strain virus BT dan beberapa serotipe terjadi reaksi silang. Distribusi serotipe di masing-masing Negara berbeda-beda.


Patogenesis
Virus BT mengadakan perbanyakan dalam sel hemopoietik dan sel endotel pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan lesi epithelial BT yang tersifat. Viremia biasanya terjadi pada stadium awal penyakit. Domba dewasa kadang-kadang menderita viremia paling lama 14-28 hari, dan pada sapi virus dapat bertahan selama 10 minggu.


Epidemiologi
Distribusi Geografis
Bluetongue tersebar luas di dunia. Afrika dilaporkan telah ditemukan lebih dari 100 tahun lalu, kemudian terjadi pula di Siprus, Yunani, Israel, Portugal, Spanyol, Turki, Lebanon, Oman, yaman, Syria, Saudi Arabia, Mesir, Pakistan, India, Bangladesh, Jepang, Amerika Serikat, Amerika Latin, Kanada, Australia, New Zealand, Papua New Guinea, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Di Indonesia ditemukan pada beberapa propinsi, diantaranya Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, Bali, NTB, NTT, dan Timor Leste terdeteksi antibodinya.
Hewan Terserang
Bluetongue menyerang domba, kambing, sapi, kerbau, dan ruminansia lain seperti rusa. Domba merupakan hewan paling peka terutama yang berumur 1 tahun, sedangkan anak domba yang masih menyusui relative tahan karena telah memperoleh kekebalan pasif dari induk (antibodi maternal) dan antibodi ini biasanya bertahan sampai 2 bulan.
Ras domba Inggris dan Merino lebih peka dibandingkan dengan domba Afrika.
Cara Penularan
Penyakit terutama ditularkan melalui vektor Culicoides sp. Berbagai spesies telah dilaporkan yaitu Culicoides pallidipennis, C. variipennis, C. brevitarsis, C. marksi, C. immicola, C. insignis, C. wadai, C. actoni, C. orientalis, C. shortii, dan C. peregrines.
Kebanyakan kasus BT terjadi pada akhir musim panas dan awal musim gugur saat populasi vektor tinggi. Tidak terjadi penularan secara kontak dan kejadian penyakit adalah musiman. Kejadian penyakit di suatu daerah terjadi karena ada domba, kambing atau sapi terinfeksi masuk bersama-sama dengan vektor.
Penularan penyakit melalui pasenta dapat terjadi, tetapi virus ini tidak ditularkan melalui kontak atau melalui produk hewan terinfeksi.
Distribusi vektor Bluetongue di dunia
Negara
Serotipe
Australia C. brevitarsis, C. Wadai, C. actoni, C. fulvus
Spanyol C. imicola
Turki C. imicola
Afrika Selatan C. imicola
Amerika Serikat C. variipennis, C. insignis
Papua New Guinea C. brevitarsis, C. wadai, C. actoni, C. fulvus,
C. brevipalpis, C. perregrinus, C. orientalis, C. nudipalpis dan C. acystoma
Kepulauan Solomon C. brevitarsis
Indonesia C. brevitarsis, C. wadai, C. actoni, C. fulvus, C. acystoma, C. brevipalpis, C. perregrinus, C. orientalis, C. nudipalpis dan C. flavipunctatus
Inggris C. imicola
Malaysia C. perregrinus, C. orientalis dan C. shortti

Morbiditas dan Mortalitas
Tingkat morbiditas dan mortalitas bervariasi tergantung dari populasi vector dan status hewan. Jika penyakit terjadi pertama kali di suatu daerah maka tingkat morbiditas bias mencapai 50-75% dan mortalitas 20-50%, selanjutnya setelah terjadi kekebalan kelompok dan populasi vektor rendah maka tingkat morbiditas dan mortalitas menjadi rendah pula.
Gejala Klinis
Pada infeksi percobaan, masa inkubasi penyakit 2-4 hari, ditandai dengan demam tinggi (40,5-41°C) yang berlangsung 5-6 hari.
Pada domba, penyakit ini dicirikan oleh demam yang dapat berlangsung beberapa hari sebelum hiperemia, pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), dan buih pada mulut menjadi kentara; cairan hidung pada awalnya encer kemudian menjadi kental dan bercampur darah. Bibir , lidah, gusi dan bantalan gigi bengkak dan oedema. Jika selaput lender mulut terkikis lama-kelamaan akan berubah menjadi bentuk luka dan air liur terangsang keluar dan mulut berbau busuk.
Luka-luka tersebut juga dapat ditemukan di bagian samping lidah. Hewan sulit menelan ludah dan gerak pernafasannya meningkat, sering pula diikuti dengan diare dan disentri. Luka juga dapat ditemukan pada teracak mengakibatkan kaki pincang dan, sering rebah-rebah, malas berjalan dan menyebabkan rasa sakit yang hebat. Kepala sering dibengkokkan ke samping mirip penyakit milk fever. Bulu-bulu wool rontok dan kotor.
Penyakit yang menyerang rusa serupa, sebaliknya pada sapi tidak kentara dan jarang bersifat akut. Pada pedet dan anak domba yang terinfeksi in utero, viremia dapat terjadi pada saat lahir dan berlangsung sampai beberapa hari.
Pada kambing, gejala yang terlihat berupa demam, konjungtivitis, lekopenia dan kemerahan pada selaput lender mulut.
Diagnosa
Bluetongue dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologis, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi virus. Kambing yang memperlihatkan lekopenia, limfopenia dan anemia adalah konsisten seperti pada domba. Antigen virus BT dalam C. variipennis dapat dideteksi dengan FAT, sedangkan antibodi grup spesifik dapat dideteksi pada minggu pertama atau kedua pascainfeksi dengan beberapa uji serologis seperti agar gel precipitation (AGP), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) immunoprecipitating dan immunoblotting. Antibodi virus spesifik dapat dideteksi dalam waktu 9 hari pascainfeksi dengan competitive ELISA (C-ELISA). Semua protein virus struktur dan non struktur dapat dideteksi dengan immunoblotting atau dot blot immunobinding assay (DIA) dan immunoprecipitation serta fragmen DNA dapat dideteksi dengan polymerase chain reaction (PCR).
Virus BT sering sulit diisolasi di laboratorium. Peluang untuk mengisolasi virus meningkat bila darah diambil dari hewan yang menunjukkan tanda-tanda klinis awal atau demam yang hebat, dan isolasi virus kemungkinan besar berhasil bila lapis sel darah putih diinokulasikan secara intravena ke dalam embrio ayam umur 10 atau 11 hari.
Diagnosa Banding
Penyakit ini memiliki gejala klinis yang sangat mirip dengan penyakit Epizootic Haemorrhagic pada rusa, tetapi dapat dibedakan secara serologis dan sifat pertumbuhan virus pada telur ayam berembrio disamping itu tingkat kematian pada epizootic haemorrhagic tinggi dan menyerang segala umur.
BT juga mirip dengan beberapa penyakit, Orf atau Contagious Ecthyma, Ulcerative Dermatosis dan Sheep Pox. Sheep pox umumnya ditandai dengan tingkat kematian yang tinggi dengan lesi pox yang tersifat.
Pencegahan dan Pemberantasan
Virus BT sekarang diketahui dapat menginfeksi ruminansia di tiap benua yang ada ternaknya. Geografi dan iklim mendorong terjadinya epidemik lidah biru di daerah tertentu tergantung kepada masuknya vektor serangga ke daerah yang ternaknya rentan.
Hewan yang sakit dipisah dan tidak memasukkan hewan tertular ke daerah yang bebas. Melakukan penyemprotan dengan insektisida pada kandang atau lokasi disekitarnya untuk mengurangi populasi nyamuk dan vektor mekanis lainnya.
Pengendalian melalui vaksinasi sangat perlu di daerah endemik virus BT yang virulen. Vaksin BT telah dikembangkan yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup yang dilemahkan seringkali menimbulkan kasus pascavaksinasi, sedangkan vaksin mati lebih aman, akan tetapi daya rangsangan pembentukan antibodi sangat lemah dan pemberian dosis yang besar.
Penelitian selanjutnya dikembangkan vaksin rekayasa genetik yaitu digunakan vaksin yang berasal dari protein P2 virus BT dan disuntikkan 3X100mcg P2 yang dapat memproteksi 100% dan titer antibodi yang tinggi setelah 40-42 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar