Senin, 23 Agustus 2010

laporan Praktikum embriologi FKH USK

LAPORAN I

Tanggal : 3 Maret 2007

Judul : PENYUNTIKAN ZAT WARNA KE DALAM TELUR AYAM

Tujuan : Untuk mengetahui ketepatan penyuntikan yang berguna dalam aplikasi chiken embrio.

Material : Telur ayam ras

Alat :

§ Jarum pelobang

§ Spuit insulin

§ Penangas air

§ Spidol

§ Plester

Bahan :

§ Zat pewarna (merah)

§ Air mendidih

Cara Kerja :

1. Mencari bagian yang tumpul dari telur ras.

2. tandai bagian yang tumpul tepat di tengah-tengahnya.

3. Lubangi bagian yang ditandai dengan jarum pelobang.

4. Bagian yang sudah dilobangi sebelum disuntikan zat warna dilap terlebih dahulu.

5. ambil spuit insulin yang sudah berisi zat warna merah dan disuntikan ke dalam lubang tadi dengan posisi membentuk sudut 450, dan jarum masuk setengahnya.

6. Ambil plester secukupnya dan tempelkan pada lubang tersbut kemudian di rebus sampai matang.

7. Telur yang sudah matang dibelah dua.

8. Amati telur tadi, apakah penyuntikan zat warna tepat sasaran sesuai dengan percobaan kita yaitu putih telur.

Gambar : Penyuntikan zat warna dengan sasaran putih telur

Pengamatan : Penyunyikan yang dilakukan tepat sasaran terbukti dengan ditemukan warna merah pada bagian putih telur.

Gambar : Penyuntikan dengan sasaran putih telur

Keterangan :

1. Zat warna

2. Kantung udara

3. Kuning telur

4. Putih telur

Diskusi :

Pada umumnya aves memiliki telur yang sangat besar dan telurnya tergolong Telo Iechiti yaitu mengandung deutoplasma yang banyak sekali, membentuk lapisan yang mengisi hampir semua telur serta deutoplasmanya terletak pada salah satu ujung telur tersebut.

Suatu percobaan dikatakan gagal disebabkan oleh beberapa hal atau kesalahan seperti pemasukan kanul yang terlalu dalam atau terlalu dangkal sehingga larutan zat warna merembes keluar dari sasaran yang diinginkan. Penyimpanan telur yang terlalu lama sehingga telur menjadi dingin dan isinya mencair, hal ini juga yang dapat menyebabkan sukarnya mengamati hasil yang ingin kita amati. Hal lainnya adalah spuit insulin yang tidak sesuai posisinya.

Kesimpulan :

  • Penyuntikan telur dengan sasaran putih telur berhasil karena tepat pada bagian putih telur.
  • Ketepatan penyuntikan telur dipengaruhi oleh posisi jarum dan masuknya jarum secara tepat ke bagian telur serta kualitas telur tersebut.
  • Aves tergolong Telo Iechiti dengan ciri-ciri adalah telur besar dengan banyaknya deutoplasma.

Daftar Pustaka :

Arey, Leslie Brainerd. 1974. Debelopmantal Anatomy. A Text Book and Laboratory Anatomy Manual of Embriologi. W. B Saunders company-Philadephia and London.

J., Rismant dan Siswosudarmo. 1978. Pengaruh Suntikan Glukosa ke Dalam Cairan Intraovuler pada Embrio Ayam. Bagian Anatomi Embriologi dan Antropologi. FKU Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Yatim, Wildan. 1984. Embriologi Edisi III. Tarsito : Bandung.

LAPORAN III

Tanggal : 3 Mei 2007

Judul : PENGUKURAN PANJANG FOETUS

Tujuan : Untuk mengetahui cara mengukur foetus sapi

Material : Foetus sapi yang telah diawetkan dalam formalin

Alat :

§ Tali pengukur 1 buah

§ Penggaris 1 buah

§ Bak aluminium 1 buah

§ Pinset 1 buah

Bahan :

§ Formalin secukupnya

Cara Kerja :

© Letakkan foetus sapi dalm bak aluminium.

© Untuk mengukur panjang foetus sapi dapat dilakukan degan dua cara, yaitu :

  1. Curved Crown-Rump (CC-R)

Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva sampai forehead.

  1. Straight Crown-Rump (SC-R)

Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari garis pangal ekor membentuk garis lurus sampai forehead.

© Ukur tali yang digunakan di atas penggaris yang disesuaikan dengan pengukuran pada foetus

© Tentukan umur foetus tersebut

© Mengisi tabel yang berisi data : umur, berat, panjang kepala, panjang tubuh, panjang anggota gerak muka dan gerak belakang dari foetus.

Pengamatan :

Umur

(hari)

Berat

(gram)

Panjang

C-R

Panjang

Ratio

Panjang

Ratio

Kepala

Tubuh

Kepala

Tubuh

Kaki D

Kaki B

Kaki D

Kaki B

CC-R

120

500-800

36,5

16,5

19,5

1

1,18

14

17.5

1

1,25

SC-R

120

500-800

26

11

19

1

1,73

12,5

16,5

1

1,32


Gambar : Foetus sapi

Diskusi :

Berdasarkan keterangan dari tabel mengenai keadaan karakteristik foetus (bovine) dalam masa kandungan, kita dapat menentukan umur dan berat foetus sapi. Beratnya 500-800 gram memiliki ukuran sebesar kucing muda dalam kebuntingan 120 hari. Ketepatan pengukuran memberikan hasil yang baik pula.

Cara yang paling sering digunakan dalam pengukuran foetus ini adalah dengan metode SC-R karena pengukuran hanya dengan menarik garis lurus tanpa mengikuti lekuk tubuh foetus.

Periode kebuntingan dapat di bagi secara kasar dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran individu dan pekembangan jarigan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan foetus. Periode ovum atau blastula berlangsung 10 – 12 hari, selak waktu pembuahan yang biasanya terjadi beberapa jam sesudah ovulasi sampai pembentukan membrane zygote dalam uterus. Periode embrio atau organogenesis berlangsung 12 – 45 hari masa kebuntingan.

Selama periode ini, organ dan system utama tubuh berbentuk dan terjadi perubahan- perubahan dalam bentuk tubuh sehingga pada akhir periode ini spesies embrio tersebur dapat dikenal.

Periode foetus dan pertumbuhan foetus berlangsung dari hari ke-45 masa kebuntingan sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan- perubahan kecil dalam diferensiasi organ, temuan, dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan pematangan individu antenatal. Selama periode ini caruncel dan cotyledon berkembang dan membesar untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat foetus dari hari ke-120 sampai hari ke-270 adalah tiga kali lebih besar dari pada pertambahan berat badan dari waktu pembuahan sampai hari ke-120 masa kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi tulang dimulai, dan perubahan- perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran kaki.

Pada masa akhir kebuntingan anak ternak yang normal telah berkembang sedemikian rupa sehingga ia sanggup hidup di lingkungan cairan dan saluran pencernaan serta saluran pernafasannya siap untuk mulai fungsi dan tanggung jawabnya. Selama minggu- minggu pertamanya kehidupan di luar uterus terjadi suatu penyesuaian fisiologik anak ternak yang memerlukan perhatian khusus dari peternak untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhan optimum dari ternak yang baru lahir.

Kesimpulan :

  1. Pengukuran dengan menggunakan cara SC-R lebih memberikan kemudahan dan ketepatan pengukuran.
  2. Periode kebuntingan dapat di bagi secara kasar dalam tiga bahagian. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan foetus.

Daftar Pustaka :

Barnes, Waikel Villee. 1984. Zoologi Umum Edisi Keenam Jilid I. Erlangga :Jakarta.

Patten, M. Bradley. 1964. foundation of Embriology. Mc. Graw – Hill Book Company : New York.

Toelihere, R. Mozes. 1985. Ilmu kebidanan pada Ternak sapid an Kerbau. Universitas Indonesia : Jakarta.

Anonimus. 2006. http://www.pjms.com.pk/issues/octdec06/pdf/fetal_biometry.pdf

LAPORAN II

Tanggal : 5 Maret 2007

Judul : PENGAMATAN TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM

Tujuan : Untuk mengetahui/ melihat tahap pembentukan dan dan pertumbuhan ayam selama masa pengeraman dengan selang waktu tertentu.

Material : Telur ayam kampung yang dieramkan dalam inkubator

Alat :

§ Inkubator (mesin pengeram)

§ Pinset

§ Scapel

§ Bak kaca

Bahan :

§ Telur ayam kampung yang dieramkan

Cara Kerja :

1. Sediakan telur ayam yang akan ditetaskan dalam incubator secukupnya dengan suhu 370 C atau 0 F.

2. Pada waktu pengamatan, telur dipecahkan 2-3 buah untuk menghindari kekacauan dan melihat perkembangan embrio tersebut.

3. Telur yang akan kita amati, kita pecahkan dengan scapel kemudian kita tuangkan ke dalam bak kaca.

4. Amati perubahan yang terjadi setiap hari yang telah ditentukan.

5. Catat setiap perubahan pada saat mencapai bentuk primitif hingga menjelang kelahiran.

Pengamatan :

Hari ke-1

Tanggal :5 Maret 2007

Hari : Kamis

Perkembangan embrio :

  • Adanya bakal jantung
  • Terbentuknya area ovaca dan blastoderm di tengah
  • Adanya peta takdir dan zona vesikulata
  • Kuning telur, albumen (putih telur) dan kalaza masih jelas terlihat.

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 1 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Peta Takdir

2. Area Ovaca

3. Kuning Telur

4. Kalaza

5. Albumen/ putih telur.

Hari ke-2

Tanggal :5 Maret 2007

Hari : Kamis

Perkembangan embrio :

  • Jantung telah terbentuk
  • Masih terbentuknya Area Ovaca, peta takdir, kuning telur dan albumen.
  • Mulai terbentuknya pembuluh darah yang berwarna agak kemerah-merahan
  • Sudah adanya noktah (bakal embrio)
  • Peredaran darah diawali dengan kerja sama antara selaput kuning telur dengan kantong darah.

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 2 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Jantung

2. Zona vesikulata

3. Pembuluh darah

4. Kuning telur

5. Albumen

6. Area ovaca

7. Embrio

Hari ke-3

Tanggal : 12 Maret 2007

Hari : Kamis

Perkembangan embrio :

  • Jantung mulai berdetak
  • Kuning telur berada ditengah dan albumen masih banyak
  • Sudah terbentuk bakal mata,bakal kaki dan cairan amnion walaupun masih sedikit
  • Pembuluh darah agak lebih banyak.

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 3 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Putih telur

2. Amnion

3. Kuning telur

4. Bakal mata

5. bakal kaki

6. Pembuluh darah

Hari ke-8

Tanggal : 8 Mei 2007

Hari : Selasa

Perkembangan embrio :

  • Paruh mulai keras
  • Bentuk kaki sudah tampak dan jari kaki mulai membayang
  • Sudah mulai terbentuk paruh, sayap dan bulu

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 8 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Putih telur

2. Kuning telur

3. Cairan amnion

4. Kantong amnion

5. Mata

6. Kaki

7. Bulu

8. Pembuluh darah

Hari ke-13

Perkembangan embrio :

  • Paruh sudah mengeras
  • ukuran Alantaois mencapai maksimum
  • embrio berputar mengatur posisi sejajar bentuk telur.
  • Kaki mulai tumbuh
  • Pembuluh darah semakin banyak

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 13 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Pembuluh darah

2. Kuning telur

3. Amnion

4. Alantois

5. paruh

6. kaki

Hari ke-15

Perkembangan embrio :

  • Kaki dan cakar mulai mengeras
  • Usus mulai ada
  • Leher mulai mengarah ke depan

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 15 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Kuning telur

2. Amnion

3. Pembuluh darah

4. Kaki

5. Cakar

6. Sayap

7. Atlantois

Hari ke-17

Perkembangan embrio :

  • Selaput kuning telur mulai memasuki rongga badan
  • ayam dalam kedudukan baik untuk mulai membuat saluran kedinding telur
  • Paruh menghadap keruang udara
  • cairan amnion mulai menghilang

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 17 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Kuning telur

2. Bulu

3. Mata

4. Amnion sedikit

5. Sayap

Hari ke-19

Perkembangan embrio :

  • Kuning telur masuk ke dalam rongga perut embrio
  • selaput kuning telur melengkapi pintu masuk dalam rongga badan
  • embrio menepati seluruh area kulit kecuali ruang udara
  • pusat mulai tertutup
  • paruh menembus selaput kulit bagian dan pelan-pelan mulai menghirup udara lewat hidung.

Gambar 1 : Embrio ayam berumur 19 hari masa inkubasi

Keterangan :

1. Kuning telur

2. Bulu

3. Mata

4. Amnion

5. Kaki

Diskusi :

Secara umum telur terdiri dari 5 bagian, yaitu secara berurutan dari luar, selaput kerabang, kerabang, germinal, kuning telur dan putih telur. Untuk melihat mutu telur yang baik harus diperhatikan beberapa hal antara lain, kebersihan kerabang, bentuk dan berat, ukuran, kondisi (kasar, licin dan keretakan), indeks kuning telur, kekentalan albumin dan ketebalan albumin. Semakin tinggi nilai HU, kebersihan kerabang dan kelicinan maka semakin lama daya simpan dan kelayakan konsumsi dari kuning telur tersebut.

Menurut fungsinya saluran telur dibagi menjadi 5 bagian yaitu corong/infundibulum, magnum yang menghasilkan albumin kental, istmus yang mengeluarkan selaput kerabang, uterus /kelenjar kerabang, vagiana yaitu liang menuju kloaka.

Kerabang atau kulit telur merupakan pembungkus luar yang kuat untuk melindungi seluruh isi didalamnya. Telur selama proses pembentukannya paling lama tinggal dalam kelenjar kerabang, yaitu selama 19-20 jam.

Tahap-tahap perkembangan pada embrio adalah tahap mefalla, blastula, dan gastrula sampai primitive strek, tahap ini disebut embryogenesis. Sejak hari keenam foetus telah diselubungi oleh placenta foetalis yang didalamnya terdapat cairan amnion, fungsinya :

  1. Mencegah embrio dari kekeringan dan juga tempat berenangnya foetus untuk mempermudah gerakan serta memposisi.
  2. Melindungi foetus dari benturan-benturan dari luar.
  3. Mempermudah pada saat penetasan.
  4. Menyerap albumin.

Kuning telur semakin lama semakin habis karena diserap sebagai cadangan makanan mulai embrio berumur 24 jam sampai hari ke-18 sampai ke-20. Albumin emakin lama semakin berkurang tepapi hasil praktikun pada hari ke-15 tersebut masih dijumpai dan pada hari ke-19 baru habis. Ini disebabkan oleh :

1. Faktor kandungan telur itu sendiri atau ketidakbaikan yang dibawanya.

2. Faktor genetik yang dibawanya.

3. Faktor penyerapan dari amnion.

4. Faktor penyerapan dari amnion lambat.

5. Faktor lingkungan (incubator).

Atlantois berasal dari kantong yang berhubungan dengan usus embrio (tangkai atlantois) dan behubungan dengan yolk stlak, fungsinya :

  1. Tempat pembuangan sisa metabolisme.
  2. Sebagai paru-paru foetalis.
  3. Membentuk funiculus umbilicalis melalui atlanto chorion membrane.

Chorion bersama-sama dengan amnion berkembang sebagai cripta dari somatopleura yang selanjutnya berkembang menjadi chorion yang fungsinya sebagai tempat tumbuhnya villi-villi yang merupakan bagian dari placenta fotalis. Perbedaan telur ayam kampung mempengaruhi masa perkembangan embrio ayam.

Putih telur terdiri atas protein, terutama lisosin, yang memilki kemampuan antibakteri untuk membantu mengurangi kerusakan telur. Telur utuh terdiri dari beberapa komponen yaitu air 66% dan bahan kering 34% yang tersusun atas protein 12%, lemak 10%, karbohidrat 1% dan abu 11%. Di dalam bahan kering terdapat kandungan protein, lemak dan abu, yang hamper sama banyak, yang paling sedikit adalah karbohidrat. Kuning telur adalah salah satu komponen tang mengandung nutrisi terbanyak dalam telur. Kuning telur mengandung air sekitar 48% dan lemak 33%.

Ukuran telur untuk setiap ayam sangat bervariasi. Berat telur terdiri atas jumlah berat dari setiap bagiannya. Oleh sebab itu apapun yang mempengaruhi berat dari setiap bagian akan mempunyai pengaruh terhadap berat telur secara keseluruhan. Ukuran kecil dari telur ayam dara yang baru pertama kali bertelur sebagian dipengaruhi oleh ukuran kuning telur yang kecil serta jumlah albumin yang kurang.

Kesimpulan :

  1. Ukuran dari telur setiap ayam sangat bervariasi
  2. Tahap-tahap perkembangan pada embrio adalah disebut embryogenesis
  3. Chorion bersama amnion berkembang menjadi chorion yang fungsinya sebagai tempat tumbuhnya villi-villi yang merupakan bagian dari placenta foetalis.

Daftar Pustaka :

Gunawan, Kosasih. 1981. Embriologi Kedokteran Terjemahan dari Text Book of Medical Embriology. EGC: Jakarta.

Mayer, H. H and G. E. Bodford. 1979. Estrus Ovulation and Body Composition of Selected Strainc of Mice Adlibitum and Restricten Feed Intake Animal Science. Hal: 271-279.

Milton L. Scott cs. 1976, Copper content of the Body, Nutrition of the Chicken, 335.

R. Anggoridi, 2003, Ilmu Makanan Ternak Umum, Jakarta.

Milton L. Scott, Malden C. Nesheim dan Robert J. Young, 1976, The Animal’s need for amino acid, Nutrition of the Chicken, 59.

Yatim, Wildan. 1976. Embriology. Tarsito : Bandung.

LAPORAN IV

Tanggal : 10 Mei 2007

Judul : PEMERIKSAAN SALURAN KELAMIN

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk, susunan dan fungsi alat kelamin jantan dan betina.

Material : Alat kelamin jantan dan betina yang diawetkan dalam formalin

Alat :

© Bak kaleng 2 buah

© Pinset 2 buah

Bahan :

© Formalin

Cara Kerja :

  1. Alat kelamin yang sudah diawetkan di dalam formalin masing-masing diletakkan di atas bak kaleng.
  2. Amati bentuk, susunan dari kedua jenis alat kelamin tersebut dan di gambar.

Pengamatan :

Gambar : Organa Genetalia Masculina


Keterangan :

1. Preputium

2. Glands penis

3. M. Retracto penis

4. Radix penis

5. Testes

6. Flexura sigmoidea

Gambar : Organa Genetalia Feminina


Keterangan :

1. Vulva

2. Vagina

3. Cervix uteri

4. Corpus uteri

5. Cornua uteri

6. UTJ (Uteri Tuba Junction)

7. Ovarium

8. Oviduct

Diskusi :

Organa genetalia masculine terdiri dari :

a. Testis

Sepasang berbentuk bulat telur, menghasilkan sperma dan terletak di dalam scrotum setelah testes mengalami descentio testiculorum. Ketika testes mengalami proses ini terdapat canalis inguinalis dan scrotum yang berfungsi sebagai termoregulator.

b. Epididymis

Terletak di sebelah medial testis, melengkung dari cranial ke sepanjang testes terdiri dari :

  1. Caput Epidemis,bagian oranial berasal dalam mesonephros yang dilewati oleh spermatozoa yang berasal dari testis dan bermuara ductuli efferent.
  2. Corpus epididymis terletak pada bagian tengah yang ada pada bagian posterior testis.
  3. Caudal epididymis terletak pada bagian caudal yang dipergunakan untuk menyimpan spermatozoa serta tempat pematangan spermatozoa.

c. Ductus deferens

Merupakan lanjutan dari cauda epididymis yang berjalan ke cranial meninggalkan scrotum melalui canalis inguinalis masuk kedalam rongga perut melalui sebelah dorsal vesicaurinaria. Sepasang, saluran ini berdinding otot tebal sehingga berupa tali dan terasa kenyal, serta menyalurkan spermatozoa dari cauda epididymis ke uretra.

d. Ductus ejakulatorius

Lanjutan dari ductus deferens dan bermuara pada uretra. Dustus ini menembus prostate, muaranya ke uretra dalam prostate itu sendiri dan berupa penebalan. Disamping itu terdapat pula kelenjar – kelenjar tambahan yang menghasilkan semen (air mani ) untuk mencairkan spermatozoa.

e. Penis

Terdiri dari :

1. Corpus cavernosum yang mempunyai rongga yang berisikan darah guna melakukan erectio pada waktu copulasi,ini sepasang.

2. Corpus cavernosum uretra ; tunggal, berjalan di ventral dari corpus cavernosum penis, ujung penis membesar dan membentuk gland penis, di tengahnya ditembusi oleh uretra yang berakhir di ujung cranial penis.

3. Prepotium ; merupakan selubung bagian ujung anterior penis. Selubung ini berupa suatu lipatan kulit, selaput lendirnya berkelenjar, dan sekresinya bersifat lemak. Sekresi kelenjar ini berbau rangsang & dan disebut smegma praeputil.

Penis pada kambing mempunyai type cavernous, ciri – ciri :

- lebih pendek

- memiliki cavernadeca

- membesar

Organa genetalis feminine, terdiri :

a. Ovarium ; sepasang, terletak sebelah caudal ren. Ovarium merupakan kelenjar ganda karena menghasilkan ovum (sel telur) dan hormon. Berfungsi sebagai alat tubuh yang memproduksikan sel kelaminbetina dan hormon. Sebagian besar ovarium ditutupi oleh peritoneum.

b. Oviduct (tuba fallopi) ; berasal dari saluran muller. Saluran ini menghubungkan ovarium dengan uterus serta yang akan menampung ovum yang berovulasi dan meneruska ke uterus. Disini juga terjadi proses yang sangat menentukan yaitu pembuahan yang terjadi di bagian ampula dan juga proses kapasitasi dan tempat pembelahan zigot.

c. Uterus ; sepasang,merupakan bagian sebelah caudal dari oviduct. Dibedakan atas tiga bagian yaitu :

-Cornua uteri ; perlekatan embrio setelah ovulasi

-Corpus uteri ; tempat perkembangan embrio

-Cervix ; bagian bawah yang bulat dan terdapat cincin – cincin yang merupakan pintu keluar dari uterus karena dapat terbuka dan tertutup tergantung pada fase siklus estrus. Merupakan bagian depan uterus yang bermuara ke vagina dan semacam gerbang pintu masuknya semen.

Cornua dan corpus uteri digantung oleh dua buah alat penggantung yang bertaut pada dinding abdomen dan rongga pelvis.

d. Vagina ; terdiri atas vestibulum, bagian yang berhubungan dengan vulva dan portio vaginalis cervicis – bagian sebelah cervix -. Batas keduanya adalah tepat di cranial dari pada munculnya uretra.

e. Vulva ; terdiri dari bagian : zona pubis, clitoris, labia mayor, labia minor, vestibulum (vestibule), lubang uretra dan lubang vagina.

Kesimpulan :

  1. Organa genetalia masculina terdiri dari : testes, epididymis, ductus defferent, ductus ejakulatorius, uretra dan penis.
  2. Organa genetalia masculine terdiri dari : ovarium, oviduct, uterus, vagina dan vagina.

Daftar Pustaka :

Partodihardjo, soebadi. 1982. MATERI KULIAH REPRODUKSI HEWAN. Mutiara : Jakarta.

Sukra, Yuhara. 1975. PENGANTAR KULIAH EMBRIOLOGI I. Proyek Peningkatan Mutu PT. IPB.

Yatim, Wildan. 1982. REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI . Tarsito : Bandung.

Nasution, Idawati . dkk. 2004. BUKU AJAR ANATOMI VETERINER I. Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah : Banda Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar