Senin, 02 Agustus 2010

Seminar Hasil

PREVALENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT ORF PADA KAMBING DI PETERNAKAN RAKYAT, KELURAHAN LAMREUNG, KECAMATAN DARUL IMARAH, KABUPATEN ACEH BESAR


Penyeminar : Adhona Bhajana Wijaya Negara

Nim : 0602101010059

Pembimbing I : drh. T. Reza Ferasyi M.Sc., Ph.D

Pembimbing II : drh. Hamdani Budiman, M.P.

Latar belakang

Salah satu program pemerintah dalam penyediaan protein hewani adalah peningkatan produksi ternak. Namun demikian banyak pula faktor-faktor yang menjadi hambatan yang harus diatasi, antara lain adalah keterbatasan bibit ternak unggul dan masalah penyakit (Marquerita dkk. 1989). Kambing merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternak di pedesaan. Namun demikian terdapat hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaannya, terutama terkait dengan penyakit yang dapat mengancam kesehatan ternak (Bahri dkk, 2007). Salah satu penyakit yang biasanya timbul dan perlu diwaspadai adalah penyakit Orf (Thedford, 1984; Anonimmus 2008a).

Orf merupakan penyakit dermatitis akut dan menular pada ternak kambing dan domba yang disebabkan oleh virus parapoxvirus (Subronto, 2003). Umumnya penyakit Orf menular secara kontak langsung antar ternak atau melalui bahan yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Setiap jenis dan umur dari ternak kambing tersebut dapat terserang, termasuk ternak yang masih muda akan mudah sekali terinfeksi (Peacock, 2004). Penyakit ini merupakan jenis penyakit kambing yang menyerang bagian mulut, atau semacam kudis yang dapat menimbulkan kematian, karena kambing yang terjangkit tidak mempunyai kemauan untuk makan (Irianto A., 2009).

Penyakit Orf tersebar luas hampir di seluruh dunia (kosmopolitan) dimana ternak kambing atau domba diternakkan. Distribusi geografis penyakit ini terjadi di beberapa negara seperti Australia, China, Sri Lanka, Malaysia, Pilipina dan Indonesia. Di Indonesia, untuk pertama kalinya kejadian di langsa (Aceh) dilaporkan tahun 1914 (Adjid, 1993), setelah itu penyakit ini sudah menyebar luas sejak tahun 1931 pada hampir di seluruh daerah. Biasanya terjadi pada musim kemarau dikarenakan di musim ini, ketahanan tubuh ternak cenderung menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit. (Anonimmus, 2009a). Selain itu Anonimmus (2008b), menambahkan bahwa, kelembaban udara yang tinggi dan kondisi stress juga dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit Orf pada ternak.

Salah satu teknik mendeteksi penyakit Orf adalah dengan cara mendiagnosa, diagnosa merupakan seni yang tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang memadai terhadap penyakit-penyakit pada hewan dan pengetahuan zooteknis secara baik namun juga diperlukan bangunan logika dan pengamatan yang sistematis (Ruhyat, 2001). Adjid (1995), menambahkan bahwa, diagnosa yang dilakukan terhadap penyakit Orf yaitu bisa berdasarkan dari gejala klinisnya. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 2-3 hari. Lesi penyakit ini ditemukan pada bibir, sudut mulut, gusi dan meluas sampai oesophagus, mukosa hidung, sekitar kulit yang jarang bulu di pangkal ekor, telinga, sekitar anus, vulva serta ambing (Anonimmus, 2009b).

Menurut Ressang (1984), angka kesakitan (morbiditas) yang ditimbulkan akibat penyakit Orf adalah 90% pada hewan muda, sedangkan pada hewan tua, angka kematian (mortalitas) akibat Orf relatif rendah. Anonimmus (2008b) menambahkan bahwa, angka mortalitas berkisar antara 2 % sampai 5,4 %. Kematian hewan bisa diakibatkan oleh infeksi sekunder bakteri (Ressang, 1984) dan infeksi larva lalat (Hagan dan Brunner, 1961). Infeksi oleh virus Orf juga dapat menyebabkan resistensi tubuh terhadap serangan penyakit lain menjadi menurun (Burriel, 1997).

Penyakit ini mempunyai arti ekonomi yang sangat penting, karena dapat mengakibatkan penurunan berat badan serta mengakibatkan kematian terutama pada anak kambing dan domba (Anonimmus, 2010). Disamping itu penyakit ini juga mempunyai arti kesehatan masyarakat veteriner karena virus ini bersifat zoonosis. Irianto A. (2009) menjelaskan bahwa, penyakit ini biasanya timbul akibat sanitasi di sekitar kandang kambing yang tidak baik, sehingga menimbulkan kuman pembawa Orf. Selain itu, menurut Deptan (2009), Orf biasanya terjadi di suatu peternakan jika kondisi seperti pertukaran musim, transportasi jauh dan kepadatan kandang yang tinggi.

Di Kelurahan Lamreung Kecamatan Darul Imarah, terdapat banyak peternak yang memelihara kambing sebagai usaha sampingan pendukung ekonomi keluarga. Namun, diduga perhatian masyarakat terhadap kesehatan ternak sangat kurang dan ternak digembalakan secara bebas. Hal ini dapat menjadi pemicu meningkatnya kasus penyakit Orf. Bagaimanapun belum ada terdapat data yang jelas mengenai kejadian kasus penyakit Orf tersebut yang terjadi di wilayah Kelurahan Lamreung kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi dan faktor-faktor resiko kejadian penyakit Orf pada kambing di peternakan rakyat Kelurahan Lamreung, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.

Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang mekanisme pencegahan terpadu terhadap penyakit Orf di peternakan rakyat di Aceh.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Lamreung, Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Waktu penelitian adalah sejak bulan Februari sampai dengan bulan April 2010.

Materi dan Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi observasi potong-lintang (cross-sectional), yaitu kajian tentang hubungan antara penyakit dengan berbagai faktor penyebabnya yang dilakukan sekali observasi dalam suatu populasi (Thrusfield, 1986). Informasi tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tentang tingkat pengetahuan peternak (responden) terkait penyakit Orf dan kondisi ternak kambing.

Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Lembar kuisioner untuk peternak dan pengamatan kondisi ternak, alat tulis, pinset anatomis, pinset sirurgis, sarung abstrak.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Alkohol 70% dan 95%.

Metode penelitian

Persiapan Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji di lingkup terbatas sebelum disebarkan kepada masyarakat di lokasi penelitian. Pengujian tersebut dilakukan pada tahap pre-survei dan pilot survei untuk menguji kejelasan pertanyaan yang dinyatakan dalam kuesioner. Setelah melewati kedua tahap tersebut, kuesioner disebarkan kepada para peternak kambing di Kelurahan Lamreung.

Pemilihan dan Wawancara Responden

Responden dalam penelitian dipilih secara cuplikan disengaja (purposive sampling), yaitu menemui penduduk yang memelihara ternak kambing sesuai petunjuk dari Kepala Desa atau penduduk dari 11 desa dalam Kelurahan Lamreung. Pengisian kuisioner dengan peternak dilakukan melalui wawancara. Pertanyaan yang diajukan meliputi bagaimana manajemen pemeliharaan ternak kambing yang telah dilakukan dan pengalaman yang dimiliki.

Diagnosa Penyakit Orf Pada Kambing

Cara yang dilakukan adalah pengamatan pada ternak kambing. metode pengamatan yang dilakukan adalah melihat apakah terdapatnya gejala klinis sesuai dengan definisi kasus yang menjadi standar penentuan pada semua kambing yang diamati di lapangan.

Definisi kasus penyakit Orf berdasarkan gejala klinis dalam penelitian ini adalah:

- Timbulnya bintik-bintik merah pada daerah bibir dan mulut.

- Terdapat keropeng di sekitar mulut.

- Cermin hidung kering.

- Nafsu makan menurun.

Syafruddin (2007).

Selanjutnya data hasil pengamatan kondisi ternak kambing dimasukkan ke dalam lembar kuesioner.

Analisa data

Data yang diperoleh divalidasi dan ditabulasikan menggunakan program MS excel. Selanjutnya dianalisa secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini wawancara untuk pengisian kuesioner telah dilakukan pada 66 orang peternak kambing dan pengamatan terhadap 349 ekor kambing yang terdapat di 11 desa dalam Kelurahan Lamreung, Kecamatan Darul Imarah. Dari pengamatan yang dilakukan didapati bahwa sebanyak 4 ekor ternak kambing menunjukkan gejala klinis menderita penyakit Orf (Tabel 1). Dengan demikian diperoleh prevalensi penyakit sebesar 0.01%. Hal ini mengartikan bahwa tingkat kejadian penyakit dan kemungkinan penyebaran pada individu lain di Kelurahan Lamreung sangat kecil pada saat penelitian dilakukan.

Tabel 1. Jumlah desa, jumlah peternak yang diwawancara, jumlah ternak kambing yang diamati dan jumlah ternak kambing yang menunjukkan gejala klinis penyakit Orf di Kelurahan Lamreung Kecamatan Darul Imarah

Desa

Jumlah Peternak Yang Diwawancara (orang)

Jumlah Kambing Yang Diamati (ekor)

Jumlah Kambing Yang Sakit Orf (ekor)

Bayu

12

76

-

Lagang

8

49

-

Lam Cot

3

17

-

Lam Kawee

8

19

-

Lamblang Manyang

4

28

4

Lamblang Trieng

4

18

-

Lampeuneurut Gampong

2

31

-

Lampeuneurut Ujong Blang

5

37

-

Lamreung

4

12

-

Lamsiteh

4

24

-

Lheu Blang

12

38

-

TOTAL

66

349

4

Rendahnya tingkat prevalensi penyakit Orf di Kelurahan Lamreung kemungkinan disebabkan perilaku peternak dalam memelihara kambing sudah cukup baik. Berdasarkan data hasil kuisioner diketahui bahwa di setiap desa ini memiliki manajemen pemeliharaan yang baik. Hal ini kemungkinan dikarenakan pengalaman beternak kambing yang telah lama mereka miliki, sehingga sudah memiliki pengetahuan yang baik dalam manajemen pemeliharaannya maupun tentang pencegahan penyakit yang sering terjadi pada ternaknya. Hampir semua peternak ( 91% ) di desa yang menjadi lokasi penelitian, membuat kandang ternak kambing dengan baik, yaitu tertutup dan tipe kandang yang panggung serta kebersihan kandang yang baik. Sebagaimana dikatakan Irianto (2009) bahwa apabila kandang kambing dibuat sesuai standar kelayakan dan memperhatikan sanitasi di sekitar kandang kambing, maka resiko terjadinya penyakit dapat diminimalisir.

Ternak kambing yang di deteksi telah menderita Orf berdasarkan gejala klinisnya adalah berjumlah 4 ekor. Kesemua ternak yang terinfeksi penyakit Orf tersebut berjenis kelamin betina, 2 ekor berumur diatas 2 tahun lebih, sedangkan 2 lagi masing-masing berumur 1,5 tahun dan 7 bulan. Dalam penelitian, ternak kambing yang menderita penyakit Orf hanya ditemui di satu kandang ternak yang tidak menerapkan prinsip biosekuriti secara baik. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa kemunculan penyakit tersebut bermula dari ternak kambing yang didatangkan dari luar Kelurahan Lamreung (dibeli dari daerah indrapuri). Peternak yang memilikinya tidak melakukan karantina terhadap ternak kambing yang baru tersebut. Tetapi langsung ditempatkan secara bersama dengan ternak lainnya yang ada di dalam kandang. Selain itu karena ukuran kandang yang kecil (2 x 2 m) menyebabkan terjadinya penularan dengan mudah melalui kontak langsung antara ternak yang sakit dengan yang sehat.

Pencegahan penyakit terutama dapat dilakukan dengan menerapkan biosekuriti yang baik (Dirjen Peternakan, 2007). Diantara langkah-langkah biosekuriti adalah seperti memperhatikan perkandangan yang baik misalnya perhatikan ventilasinya, sinar matahari upayakan masuk sampai ke kandang (lantai), menjaga angin supaya tidak langsung mengenai ternak, memperhatikan cuaca atau iklim, menjaga sanitasi kandang dan lingkungan, menjaga pakannya, menjaga kontak dengan orang yang sedang sakit maupun dengan hewan yang terinfeksi. Sanitasi didefinisikan sebagai suatu usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut (Ruhyat, 2001). Selain itu juga perlu melakukan pemisahan antara ternak yang baru dengan yang telah ada dikandang selama beberapa hari sebelum ditempatkan satu kandang. Hal ini untuk memastikan bahwa ternak yang baru tidak menderita penyakit yang dapat menular ke ternak lain (Deptan. 2009).

Dari hasil kuisioner telah diketahui bahwa penyakit lain yang sering terjadi pada ternak kambing di daerah tersebut adalah penyakit cacingan dan scabies. Penyakit tersebut menempati posisi teratas yang terdapat di dalam data kejadian kasus penyakit yang terjadi di Kecamatan Darul Imarah secara umum. Sedangkan penyakit Orf bukan merupakan penyakit yang dianggap endemis di Kabupaten Aceh Besar khususnya, karena sifat dari penyakit ini adalah musiman. Namun apabila terjadi kejadian penyakit Orf, maka petugas yang berwenang akan segera bertindak dengan cepat menangani ternak yang terinfeksi Orf sehingga penyebaran lebih lanjut dari penyakit ini dapat diminimalisir (Disnak Kab.Aceh Besar. 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi penyakit Orf di Kelurahan Lamreung tergolong sangat kecil (0,01%). Faktor resiko yang menjadi penyebab munculnya penyakit adalah tidak diterapkan prinsip biosekuriti secara baik, khususnya pemisahan ternak yang baru dengan yang lama.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian dengan metode screening untuk membandingkan kepastian terjadinya penyakit Orf melalui diagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

Kepada peternak perlu diberi penyuluhan tentang penerapan sistem biosekuriti pada peternakan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimmus 2008a. Info: prospek domba garut. Http://ipat-hikmat.blogspot.com/2008/02/info-prosfek-usaha-domba-garut-part-6.html. /03/03/2010.

Anonimmus 2008b. penyakit Orf. http://kote-ka.blogspot.com/2008/05/penyakit-Orf-contagious-ecthyma.html. /22/04/2010.

Anonimmus 2009a. Orf pada kambing. Http://erwin.klinik.blogspot.com. /01/03/2010.

Anonimmus 2009b. Penyakit viral hewan kecil. http://drhyudi.blogspot.com/2009/02/penyakit-viral-hewan-kecil.html. 27/03/2010

Anonimmus 2009c. Penyakit Orf. Http://drhyudi.blogspot.com/2009/03/penyakit-Orf.html. /03/03/2010.

Anonimmus, 2010. Artikel Orf penyakit menular. http:// Dinas Peternakan & Keswan Provinsi Bengkulu.blogspot.com, di unduh pada 01/03/2010.

Adjid, R.M.A. 1993. Penyakit Orf pada ternak kambing dan domba serta cara pengendaliannya di Indonesia. Wartazoa. 3(1) :7-10.

Adjid, R.M.A. 1995. Orf pada domba dan kambing. Dalam : Petunjuk Teknis Penyakit Hewan. Darmianto, S. Bahri, Beriajaya, S.Partoutomo, dan Y. Sani (Editor). Balai penelitian Veteriner. Bogor. Pp. 122-125.

Bahri, S., R.M.A. Adjid, A.H. Wardhana dan Beriajaya.(2007). Manajemen Kesehatan Dalam Usaha Ternak Kambing. Lokakarya Nasional Kambing Potong. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

Burriel, A.R. 1997. Under Orf infection and it’s role in ovine clinical mastitis caused by Pasteurella haemolytica, J. Trace. Elem. Med. Biol. 11(1) :28-31.

Deptan 2009. Orf/keropeng. http://lolitkambing.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/pdf/juknis%20indukdan%20anak.pdf. /23/04/2010.

Dirjen Peternakan. 2007. Petunjuk teknis kesehatan hewan dan biosekuriti pada unit pelaksana teknis perbibitan versi pdf.

Disnak Kab.Aceh Besar. 2009. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

Hagan, W.A and D.W. Bruner, 1961. The Infectious Diseases Of Domestic Animal. 4th Edition. Bailliere Tindall and ox. London. Pp. 746-745.

Irianto A. 2009. Ternak kambing harus divaksin Orf. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/08/29/35358. 20/04/2010.

Marquerita, I. Setyowati dan M. Gunawan. 1989. Kasus brucellosis pada babi di Deli Serdang. Buletin Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah I, Medan.

Peacock A.dr. 2004. Contagious Ecthyma (Orf) in Sheep and Goats.pdf. di unduh dari www.andrewpeacock@gov.nl.ca. 27/02/2010.

Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Ed.2. IFAD. Project: Bali Cattle Diasease Investigation Unit, Denpasar. Bali.

Ruhyat Kartasudjana, Ir., MS. 2001. Teknik Kesehatan Ternak versi pdf. di unduh pada 01/03/2010.

Subronto. 2003. Ilmu penyakit ternak ( mamalia ) 1. Edisi kedua. Gadjah mada university press. Yogyakarta.

Syafruddin, drh., MP. 2007. Modul Diagnosa Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Nanggroe Aceh Darussalam.

Thedford R Thomas. 1984. Penuntun Kesehatan Ternak Kambing. Balai penelitian Penyakit Hewan, Bogor.

Thrusfield M. 1986. Veterinary Epidemiology. Blackwell Science. Oxford.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar